Bosan adalah penyakit yang
mematikan, membunuh cita-cita seseorang sebesar sifat bosan yang ada pada
dirinya. Setiap kali orang itu menyerah terhadap kebosanan, maka ilmunya akan
semakin berkurang. Terkadang sebagian kita berkata dengan tingkah lakunya,
bahkan dengan lisannya, “Saya telah pergi ke banyak majelis ilmu, namun saya
tidak bisa mengambil manfaat kecuali sedikit.”.
Ingatlah wahai saudariku,
kehadiran Anda dalam majelis ilmu cukup membuat Anda mendapatkan pahala.
Bagaimana jika Anda mengumpulkan antara pahala dan manfaat? Oleh karena itu,
janganlah putus asa. Ketahuilah, ada beberapa orang yang jika saya ceritakan kisah
mereka, maka Anda akan terheran-heran. Di antaranya, pengarang kitab Dzail
Thabaqaat al-Hanabilah. Ketika menulis biografi, ia menyebutkan banyak cerita
unik beberapa orang ketika mereka menuntut ilmu.
‘Abdurrahman bin an-Nafis -salah
seorang ulama madzhab Hanbali- dulunya adalah seorang penyanyi. Ia mempunyai
suara yang bagus, lalu ia bertaubat dari kemunkaran ini. Ia pun menuntut ilmu
dan ia menghafal kitab al-Haraqi, salah satu kitab madzhab Hanbali yang
terkenal. Lihatlah bagaimana keadaannya semula. Ketika ia jujur dalam
taubatnya, apa yang ia dapatkan?
Demikian juga dengan Nashiruddin
Ahmad bin ‘Abdis Salam. Dahulu ia adalah seorang penyamun (perampok). Ia
menceritakan tentang kisah taubatnya dirinya: Suatu hari ketika tengah
menghadang orang yang lewat, ia duduk di bawah pohon kurma atau di bawah pagar
kurma. Lalu melihat burung berpindah dari pohon kurma dengan teratur. Ia merasa
heran lalu memanjat ke salah satu pohon kurma itu. Ia melihat ular yang sudah
buta dan burung tersebut melemparkan makanan untuknya. Ia merasa heran dengan
apa yang dilihat, lalu ia pun taubat dari dosanya. Kemudian ia menuntut ilmu
dan banyak mendengar dari para ulama. Banyak juga dari mereka yang mendengar
pelajarannya.
Inilah sosok-sosok yang dahulunya
adalah seorang penyamun dan penyanyi. Walau demikian, mereka menjadi sosok yang
diacungi jempol dan amal mereka disebut-sebut setelah mereka meninggal.
Jangan putus asa, berusahalah
dengan sungguh-sungguh, mohonlah pertolongan kepada Allah dan jangan lemah.
Walaupun Anda pada hari ini belum mendapatkan ilmu, maka curahkanlah terus
usahamu di hari kedua, ketiga, keempat,…. setahun, dua tahun, dan seterusnya...
[4]
Seorang penuntut ilmu tidak boleh
terburu-buru dalam meraih ilmu syar’i. Menuntut ilmu syar’i tidak bisa kilat
atau dikursuskan dalam waktu singkat. Harus diingat, bahwa perjalanan dalam
menuntut ilmu adalah panjang dan lama, oleh karena itu wajib sabar dan selalu
memohon pertolongan kepada Allah agar tetap istiqamah dalam kebenaran.
[Disalin dari buku Menuntut Ilmu
Jalan Menuju Surga “Panduan Menuntut Ilmu”, Penulis Yazid bin Abdul Qadir
Jawas, Penerbit Pustaka At-Taqwa, PO BOX 264 – Bogor 16001 Jawa Barat –
Indonesia, Cetakan Pertama Rabi’uts Tsani 1428H/April 2007M]
__________
__________
Footnote: Notes
[1]. Lihat al-Futur Mazhaahiruhu wa Asbaabuhu wal ‘Ilaaj (hal. 22).
[2]. Lihat al-Futur Mazhaahiruhu wa Asbaabuhu wal ‘Ilaaj (hal. 43-71).
[3]. Ibid (hal. 88-119) dengan diringkas.
[4]. Ma’aalim fii Thariiq Thalabil ‘Ilmi (hal. 278-279).
[1]. Lihat al-Futur Mazhaahiruhu wa Asbaabuhu wal ‘Ilaaj (hal. 22).
[2]. Lihat al-Futur Mazhaahiruhu wa Asbaabuhu wal ‘Ilaaj (hal. 43-71).
[3]. Ibid (hal. 88-119) dengan diringkas.
[4]. Ma’aalim fii Thariiq Thalabil ‘Ilmi (hal. 278-279).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar