Senin, 20 Juli 2015

KEUTAMAAN PUASA SUNNAH 6 HARI DI BULAN SYAWAL

Keutamaan Puasa Syawal
Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallamمَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ
Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka dia berpuasa seperti setahun penuh.” (HR. Muslim no. 1164).
Itulah dalil dari jumhur atau mayoritas ulama yag menunjukkan sunnahnya puasa Syawal. Yang berpendapat puasa tersebut sunnah adalah madzhab Abu Hanifah, Syafi’i dan Imam Ahmad. Adapun Imam Malik memakruhkannya. Namun sebagaimana kata Imam Nawawi rahimahullah, “Pendapat dalam madzhab Syafi’i yang menyunnahkan puasa Syawal didukung dengan dalil tegas ini. Jika telah terbukti adanya dukungan dalil dari hadits, maka pendapat tersebut tidaklah ditinggalkan hanya karena perkataan sebagian orang. Bahkan ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidaklah ditinggalkan walau mayoritas atau seluruh manusia menyelisihinya. Sedangkan ulama yang khawatir jika puasa Syawal sampai disangka wajib, maka itu sangkaan yang sama saja bisa membatalkan anjuran puasa ‘Arafah, puasa ‘Asyura’ dan puasa sunnah lainnya.” (Syarh Shahih Muslim, 8: 51)
Seperti Berpuasa Setahun Penuh
Kenapa puasa Syawal bisa dinilai berpuasa setahun? Mari kita lihat pada hadits Tsauban berikut ini,
عَنْ ثَوْبَانَ مَوْلَى رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- عَنْ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- أَنَّهُ قَالَ « مَنْ صَامَ سِتَّةَ أَيَّامٍ بَعْدَ الْفِطْرِ كَانَ تَمَامَ السَّنَةِ (مَنْ جَاءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا) »
Dari Tsauban, bekas budak Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Barangsiapa berpuasa enam hari di bulan Syawal setelah Idul Fithri, maka ia telah menyempurnakan puasa setahun penuh. Karena siapa saja yang melakukan kebaikan, maka akan dibalas sepuluh kebaikan semisal.”  (HR. Ibnu Majah no. 1715. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa hadits ini shahih).
Disebutkan bahwa setiap kebaikan akan dibalas minimal dengan sepuluh kebaikan yang semisal. Ini menunjukkan bahwa puasa Ramadhan sebulan penuh akan dibalas dengan 10 bulan kebaikan puasa. Sedangkan puasa enam hari di bulan Syawal akan dibalas minimal dengan 60 hari (2 bulan) kebaikan puasa. Jika dijumlah, seseorang sama saja melaksanakan puasa 10 bulan + 2 bulan sama dengan 12 bulan. Itulah mengapa orang yang melakukan puasa Syawal bisa mendapatkan ganjaran puasa setahun penuh.
Tata Cara Puasa Syawal
1- Puasa sunnah Syawal dilakukan selama enam hari
Sebagaimana disebutkan dalam hadits bahwa puasa Syawal itu dilakukan selama enam hari. Lafazh hadits di atas adalah: “Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka dia berpuasa seperti setahun penuh.” (HR. Muslim no. 1164).
Dari hadits tersebut, Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin berkata, “Yang disunnahkan adalah berpuasa enam hari di bulan Syawal.” (Syarhul Mumti’, 6: 464).
2- Lebih utama dilaksanakan sehari setelah Idul Fithri, namun tidak mengapa jika diakhirkan asalkan masih di bulan Syawal.
Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin rahimahullah berkata, “Para fuqoha berkata bahwa yang lebih utama, enam hari di atas dilakukan setelah Idul Fithri (1 Syawal) secara langsung. Ini menunjukkan bersegera dalam melakukan kebaikan.” (Syarhul Mumti’, 6: 465).
3- Lebih utama dilakukan secara berurutan namun tidak mengapa jika dilakukan tidak berurutan.
Syaikh Ibnu ‘Utsaimin juga berkata, “Lebih utama puasa Syawal dilakukan secara berurutan karena itulah yang umumnya lebih mudah. Itu pun tanda berlomba-lomba dalam hal yang diperintahkan.” (Idem)
4- Usahakan untuk menunaikan qodho’ puasa terlebih dahulu agar mendapatkan ganjaran puasa Syawal yaitu puasa setahun penuh.
Ibnu Rajab Al Hambali rahimahullah berkata, “Siapa yang mempunyai kewajiban qodho’ puasa Ramadhan, hendaklah ia memulai puasa qodho’nya di bulan Syawal. Hal itu lebih akan membuat kewajiban seorang muslim menjadi gugur. Bahkan puasa qodho’ itu lebih utama dari puasa enam hari Syawal.” (Lathoiful Ma’arif, hal. 391).
Begitu pula beliau mengatakan, “Siapa yang memulai qodho’ puasa Ramadhan terlebih dahulu dari puasa Syawal, lalu ia menginginkan puasa enam hari di bulan Syawal setelah qodho’nya sempurna, maka itu lebih baik. Inilah yang dimaksud dalam hadits yaitu bagi yang menjalani ibadah puasa Ramadhan lalu mengikuti puasa enam hari di bulan Syawal. Namun pahala puasa Syawal itu tidak bisa digapai jika menunaikan qodho’ puasanya di bulan Syawal. Karena puasa enam hari di bulan Syawal tetap harus dilakukan setelah qodho’ itu dilakukan.” (Lathoiful Ma’arif, hal. 392).


Jumat, 10 Juli 2015

AMALAN YANG TERLUPAKAN DIWAKTU SAHUR

Pada umumnya orang menggunakan waktu sahurnya hanya untuk makan, minum, nonton TV, dst. padahal waktu sahur adalah waktu yang sangat istimewa untuk beribadah.Mengapa istimewa, karena Allah mendekat ke seluruh hamba-Nya, menawarkan kepada semua hamba-Nya yang hendak bersimpuh di hadapan-Nya.
Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
يَنْزِلُرَبُّنَاتَبَارَكَوَتَعَالَىكُلَّلَيْلَةٍإِلَىالسَّمَاءِالدُّنْيَاحِينَيَبْقَىثُلُثُاللَّيْلِالآخِرُيَقُولُمَنْيَدْعُونِىفَأَسْتَجِيبَلَهُمَنْيَسْأَلُنِىفَأُعْطِيَهُمَنْيَسْتَغْفِرُنِىفَأَغْفِرَلَهُ
“Pada setiap malam, Allah Ta’ala turun kelangit dunia, ketika tersisa sepertiga malam terakhir, Allah berfirman:’ Siapa yang berdoa kepada-Ku akan Aku kabulkan. Siapa yang meminta kepada-Ku akan Aku beri. Dan Siapa yang memohon ampunan kepada-Ku akan aku ampuni.”(HR. Bukhari 1145 dan Muslim 758).
Di saat itulah, Allah menyebarkan rahmat, dan ampunan-Nya bagi umat manusia. Selayaknya kita manfaatkan untuk bersimpuh di hadapan Allah dan tidak hanya dihabiskan untuk menyantap makanan.Imam Nawawi mengatakan,
وفيهتنبيهعلىأنآخرالليلللصلاةوالدعاءوالاستغفاروغيرهامنالطاعاتأفضلمنأوله
Dalam hadis ini terdapat pelajaran bahwa waktu akhir malam lebih afdhal digunakan untuk shalat, berdoa, beristighfar, dan melakukan ketaatan lainnya, dari pada waktu awal malam. (Syarh Shahih Muslim, 6/38).
Ibnu Hajar juga menjelaskan hadits di atas,“Bahwa akhir malam sangat afdhal untuk berdoa dan beristighfar. Dalilnya firman Allah (yang artinya) ‘yaitu orang-orang yang rajin beristighfar di waktu sahur.’ Dan bahwa doa di waktu sahur itu mustajab.” (Fathul Bari, 3/31).
Oleh karena itu, kebiasaan orang soleh di masa silam, mereka banyak memanfaatkan waktu sahur untuk semakin mendekat Allah, bersimpuh di hadapan-Nya, berdoa dan memohon ampunan kepada-Nya. Allah berfirman, menceritakan tentang sifat ahli surga
الصَّابِرِينَوَالصَّادِقِينَوَالْقَانِتِينَوَالْمُنْفِقِينَوَالْمُسْتَغْفِرِينَبِالْأَسْحَارِ
“Merekalah orang-orang yang penyabar, jujur, tunduk, rajin berinfak, dan rajin istighfar di waktu sahur.” (QS. Ali Imran: 17)
Ibnu Katsir mengatakan:
دلعلىفضيلةالاستغفاروقتالأسحار. وقدقيل: إنيعقوب،عليهالسلام،لماقاللبنيه: {سَوْفَأَسْتَغْفِرُلَكُمْرَبِّي} [يوسف:98 ] أنهأخرهمإلىوقتالسحر
‘Ayat ini menunjukkan keutamaan memperbanyak istighfar di waktu sahur.’
Jangan sia-siakan kesempatan besar ini. Allah telah menawarkan diri-Nya kepada para hamba-Nya untuk memberikan ampunan kepada siapa yang memohon ampun kepada-Nya di waktu sahur. Sungguh sangat disayangkan jika kesempatan ini hanya kita habiskan untuk menyantap makanan atau menonton televisi. Gunakan sisa waktu anda setelah sahur untuk banyak memohon ampunan kepada Allah. Semoga Allah mengampuni kita semua.
Allahu a’lam.

sumber : konsultasisyariah.com